Oleh: Erwin Kusumastuti, S.Th.I., M.Pd.
Dosen UPN “Veteran” Jawa Timur
“Juallah kehidupanmu saat ini untuk kehidupanmu selanjutnya, akhirat, niscaya kamu akan mendapatkan keduanya. Tetapi, jika kamu menjual kehidupan selanjutnya untuk kehidupan saat ini, maka kamu akan kehilangan keduanya,” Hasan Al-Basri. Kutipan tersebut merupakan kutipan dari ulama sekaligus cendekiawan muslim pada masa kekhalifahan Umayyah. Dalam kutipan tersebut, Hasan Al-Basri mengungkapkan bahwasanya kebahagiaan takkan bisa didapatkan apabila hanya terus menerus mengejar hal duniawi saja. Namun juga harus mengejar dan mengamalkan amalan baik untuk bekal di akhirat kelak. Maka kita harus dapat mengimbangi aspek keduanya. Karena sebagaimana kita ketahui, hidup di dunia ibarat minum kopi sejenak. Karena kehidupan sesungguhnya hanyalah akhirat dan segala amalan yang akan menghantarkan kita padanya.
Dalam Islam terdapat begitu banyak amalan yang harus dikerjakan. Sehingga keimanan seseorang pun tercermin dari bagaimana ia patuh dan mampu menaati semua aturan agamanya. Menguatnya iman karena membesarnya kepercayaan ia pada tuhannya. Dan dengan iman pula, terpengaruh akhlak hingga pandangan hidup manusia. Banyak orang yang memisahkan urusan dunia dan akhirat (dikotomi). Sehingga keimanan manusia pun semakin lama semakin goyah dan tak seorang pun mampu menjamin keimanannya.
Lantas seberat apakah amalan yang harus dijalankan umat Nabi Muhammad? Ada 5 pilar yang menjadi fondasi umat muslim. Dan Sebagian dari pilar-pilar itu adalah sholat dan puasa. Sholat dan puasa merupakan dua ibadah utama dalam agama islam yang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan sehari-hari. Perintah sholat dan puasa tidak hanya semata-mata sebagai bentuk pengabdian seorang makhluk pada Tuhannya. Tetapi juga terdapat manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik dan mental yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian ilmiah.
Secara fisisk, sholat merupakan rangkaian gerakan berirama yang dilakukan secara berulang. Gerakan sholat menyebabkan kontraksi dan relaksasi otot yang harmonis dan seimbang. Hal tersebut melibatkan beberapa tipe peregangan dan kontraksi isometrik, seperti yang terjadi pada saat berolahraga. Berbagai posisi dan gerakan sholat, seperti takbir, rukuk, sujud, dan duduk, melibatkan hampir semua otot rangka pada tubuh manusia. Gerakan sholat juga berdampak positif terhadap Kesehatan sistem kardiovaskuler dan persarafan. Misalnya pada saat sujud, posisi kepala lebih rendah daripada jantung sehingga aliran darah ke otak lebih lancar. Peningkatan suplai darah ke otak sangat baik untuk meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan fungsi kognitif. Selain bermanfaat untuk pencegahan, sholat terbukti juga memiliki efek terapetik dan rehabilitasi. Terapi sholat terbukti menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada pasien dengan hipertensi moderat. Sholat juga memperbaiki denyut jantung pasien, merangsang sistem visual, vestibular dan somatosensori yang baik untuk keseimbangan dan koordinasi. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa sholat dapat memperbaiki gangguan fungsi ereksi. Sholat juga baik untuk rehabilitasi pada lanjut usia dan disabilitas (G, 2018) (Bezuglov E, 2020).
Gambar 1. Manfaat sholat bagi kesehatan tubuh
Tidak hanya melancarkan peredaran darah, gerakan rukuk dalam shalat juga bermanfaat meredakan beberapa keluhan seperti nyeri tulang belakang, nyeri pinggul, nyeri dengkul, dan nyeri telapak kaki. Disisi lain, posisi rukuk juga membantu mengurangi rasa sakit di punggung bawah dengan meregangkan ligament dan otot (mirip dengan yoga), yang juga dapat membantu meredakan rasa sakit pada sumsum tulang belakang dan sendi pinggul. Dengan melakukan relaksasi tulang belakang, sakit punggung dan penyakit tulang belakang dapat dihindari. Sholat secara keseluruhan, dapat meregangkan sendi bahu, siku, lutut, pergelangan kaki dan pinggul.
Di sisi lain, studi juga telah menunjukkan bahwa puasa berselang-seling selama 8 hingga 12 minggu menyebabkan penurunan konsentrasi kolesterol LDL (20-25%) dan konsentrasi triasilgliserol (15-30%), dan peningkatan ukuran partikel LDL sering diamati (Varaday KA, 2013) Demikian pula, uji coba puasa berselang-seling selama 3 hingga 12 minggu tampaknya efektif dalam mengurangi kolesterol total (10%–21%) dan trigliserida (14%–42%) pada manusia dengan berat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Uji coba puasa seharian penuh yang berlangsung selama 12 hingga 24 minggu juga meningkatkan lipid darah secara positif (penurunan kolesterol total sebesar 5%–20% dan penurunan trigliserida sebesar 17%–50% (Tinsley GM, 2015). Hasil studi tersebut secara bersama-sama menunjukkan bahwa IF dapat menurunkan lipid darah. Pergeseran dari sintesis dan penyimpanan lipid preferensial ke mobilisasi lemak biasanya terjadi ketika glikogen dalam hepatosit habis (12-36 jam setelah puasa dimulai), dan kecepatan lipolisis dalam jaringan adiposa meningkat dan menyebabkan peningkatan kadar plasma asam lemak bebas (FFA) untuk menghasilkan peningkatan keton yang berasal dari asam lemak di hati, ginjal, astrosit, dan enterosit sebagai pasokan energi (De Cabo R, 2019) Selain itu, semua jenis IF dapat meningkatkan termogenesis yang disebabkan oleh pencoklatan WAT dengan meningkatkan ekspresi gen termogenesis. Jaringan adiposa coklat memainkan peran penting dalam homeostasis energi dan termogenesis. Ini mengekspresikan protein uncoupling 1 (UCP1) untuk mendorong pelepasan energi yang dihasilkan oleh fosforilasi oksidatif mitokondria dan sintesis ATP, yang pada akhirnya menyebabkan energi yang dihasilkan dilepaskan dalam bentuk panas, yang meningkatkan pengeluaran energi dan akhirnya membalikkan hiperlipidemia yang disebabkan oleh diet tinggi lemak (Kim YH, 2019).
Puasa kerap kali dijadikan alasan berkedok masalah kesehatan karena membahayakan metabolisme tubuh. Beberapa orang berargumen tentang dampak dehidrasi karena kekurangan minum, dapat menurunkan gula darah pengidap hipoglikemia secara drastis, gangguan pencernaan, penurunan energi dan konsentrasi, gangguan elektrolit, hingga penurunan berat badan yang tidak sehat. Namun, penting untuk dicatat bahwa bahaya puasa ini biasanya hanya terjadi jika sesorang tidak melakukan persiapan atau tidak mengikuti panduan Kesehatan yang baik. Bagi banyak orang, dengan persiapan yang tepat, puasa bisa aman dan bahkan memiliki manfaat Kesehatan.
Selain manfaat fisik, sholat dan puasa juga memberikan dampak positif bagi Kesehatan mental. Bacaan ayat Al Quran dan doa yang dilantunkan, gerakan yang tuma’ninah, akan memberikan ketenangan dan relaksasi. Peningkatan power relatif (RPa) Electroencephalogram (EEG) oksipital dan parietal selama salat menunjukkan bahwa salat menyebabkan perubahan positif dalam fungsi otak. Perubahan ini berkaitan dengan sistem saraf otonom, yaitu peningkatan komponen saraf parasimpatis dan penurunan simpatis. Melaksanakan ibadah salat secara teratur dapat membantu meningkatkan relaksasi, menekan kecemasan, serta menurunkan risiko gangguan kardiovaskular serta kejiwaan. (Chamsi-Pasha M, 2021) Sedangkan dengan berpuasa kita dilatih delay gratification atau menunda pemuasan dari makan, emosi dan lainnya. Hal ini menunda pemuasan terkait emosi. Dan dengan adanya jeda, tidak impulsif maka akan terjadi penurunan ketegangan. Disamping itu saat menjalankan puasa, jiwa dilatih untuk disiplin dan tekun sehingga hati merasakan tenang. Selain itu puasa juga bisa melatih diri untuk merespons semua hal dengan lebih tenang dengan begitu dapat menurunkan stres dalam diri (kurnia.ekaptiningrum, 2023). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dalam waktu 11 bulan dapat meningkatkan fungsi serta struktur otak. Selanjutnya, penelitian pada hewan melaporkan, berpuasa bisa melindungi kesehatan otak serta meningkatkan produksi sel saraf. Hal tersebut dapat meningkatkan fungsi dan kemampuan kognitif. Karena dapat membantu meredakan peradangan, berpuasa juga diyakini dapat mencegah masalah neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.
Sholat dan puasa bukan hanya sebuah kewajiban ibadah, tetapi juga merupakan peluang untuk meningkatkan keimanan serta untuk mendapatkan manfaat Kesehatan yang telah diakui oleh sains. Beberapa manfaat spiritual yang didapat adalah memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT, meningkatkan kualitas ibadah, meningkatkan kesabaran dan kepatuhan, hingga mendorong kebaikan dan kepedulian sesama. Dengan memahami manfaat ini, umat muslim dapat lebih menghargai dan melaksanakan ibadah mereka dengan penuh kesadaran. Melalui pengabdian ini, mereka tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Dengan demikian, sholat dan puasa dapat dilihat sebagai 2 aspek integral dari Kesehatan fisik, mental, dan spiritual yang saling melengkapi dan mendukung kesejahteraan individu serta masyarakat.
Sitasi
Bezuglov E, T. O. (2020). The Prevelence of Non-contact Muscle Injuries of the Lower Limb in Proffesional Soccer Players Who Perform Salah Regularly: a Retrospective Cohort Study. Retrieved from J Orthop Surg Res: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC75135
Chamsi-Pasha M, C.-P. H. (2021). A Review of the Literature on the Health Benefits of Salat (Islamic Prayer). Retrieved from Med J Malaysia: http://www.e-njm.org/2021/v76n1/health-benefits-of-Salat.pdf
De Cabo R., M. M. (2019). Efek puasa intermiten pada kesehatan, penuaan, dan penyakit. The New England Journal of Medicine.
G, K. (2018). Phsyical Benefits of (Salah) Prayer – Strengthen the Faith & Fitness. Retrieved from J Nov Physiother Rehabil: https://doi.org/10.29328/journal.jnpr.1001020
Kim YH, L. J. (2019). Manfaat metabolik yang tidak bergantung pada termogenesis yang diberikan oleh puasa intermiten isokalori pada tikus ob/ob. Laporan Ilmiah.
kurnia.ekaptiningrum. (2023, Maret 20). Pakar UGM Jelaskan Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental. Retrieved from Universitas Gadjah Mada: https://ugm.ac.id/id/berita/23577-pakar-ugm-jelaskan-manfaat-puasa-bagi-kesehatan-fisik-dan-mental/
Tinsley GM, L. B. (2015). Efek puasa intermiten pada komposisi tubuh dan penanda kesehatan klinis pada manusia. Tinjauan Gizi.
Varady KA, B. S. (2013). Puasa berselang seling untuk menurunkan berat badan pada subjek dengan berat badan normal dan kelebihan berat badan: uji coba terkontrol acak. Nutrition Journal .