Oleh: Erwin Kusumastuti, S.Th.I., M.Pd.
Dosen UPN “Veteran” Jawa Timur
Di era digital saat ini, kemajuan teknologi telah mempermudah akses ke berbagai bentuk hiburan, seperti bermain game dan menonton konten digital. Dua aktivitas ini, yang pada awalnya dianggap sekadar hiburan ringan, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda. Namun di balik popularitasnya, timbul pertanyaan mendasar mengenai dampak dari kebiasaan ini terhadap kesehatan mental, perilaku, dan spiritualitas individu. Sains telah banyak membahas konsekuensi psikologis dari bermain game berlebihan dan konsumsi konten pornografi, baik dari sisi pengaruhnya terhadap otak maupun efek sosial yang ditimbulkannya. Di sisi lain, Al-Qur’an, sebagai panduan hidup bagi umat Islam, memiliki nilai-nilai yang relevan dalam menilai kebiasaan tersebut, terutama dalam hal pengendalian diri dan menjaga moralitas. Al-Qur’an memberikan landasan etika yang sangat penting untuk diikuti dalam menghadapi godaan dan penggunaan teknologi secara tidak bijak.
Dengan menggabungkan pandangan sains dan Al-Qur’an, kita dapat melihat bahwa kebutuhan manusia akan hiburan tidak dapat diabaikan, tetapi harus dikelola dengan bijak. Teknologi modern telah menyediakan banyak bentuk hiburan, termasuk game, yang bisa bermanfaat jika digunakan dengan seimbang. Namun, tanpa pengendalian diri yang baik, hiburan tersebut dapat berubah menjadi kebiasaan yang merusak.
Pada masa kini, aktivitas bermain game telah menjadi salah satu hiburan yang sangat populer di kalangan pengguna internet di seluruh dunia. Berdasarkan data terkini, sekitar 80 persen dari total pengguna internet yang berada dalam rentang usia 16 hingga 64 tahun secara rutin bermain game setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh lapisan usia yang aktif menggunakan internet, baik yang masih muda hingga dewasa, memiliki ketertarikan pada game sebagai sarana hiburan. Hal ini tentunya memberi dampak terhadap perilaku dan kemampuan berpikir penggunanya.
Peneliti dari Institut Max Planck di Jerman membuktikan bahwa video game dapat meningkatkan volume otak. Berdasarkan penelitian yang didasarkan pada game Super Mario 64, peneliti menemukan bahwa bermain game mampu meningkatkan ukuran daerah otak, khususnya bagian yang berkaitan dengan kecerdasan spasial, pembentukan memori, perencanaan strategis, dan keterampilan motorik halus. Peneliti mengamati 24 peserta yang aktif bermain game selama 30 menit sehari dalam jangka waktu dua bulan, kemudian menganalisa otak mereka. Hasilnya terdapat peningkatan materi abu-abu di bagian hippocampus kanan, korteks prefrontal kanan, dan otak kecil, dibandingkan kelompok yang tidak bermain game apapun.”Hal ini membuktikan bagian otak tertentu bisa distimulasi menggunakan video game,” kata salah seorang peneliti, Simone Kuh.
Selain itu, terdapat sebuah studi dari California State University yang menganalisis otak anak-anak muda yang rutin bermain game. Studi tersebut menyimpulkan bahwa bermain game dapat mengaktifkan bagian di otak yang berhubungan dengan penghargaan atau reward. Aktivitas ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga merangsang sistem penghargaan, yang dapat meningkatkan motivasi dan perasaan positif. Saat bermain game, pemain tidak hanya mendapatkan kesenangan semata, tetapi juga dapat menerima respon positif yang berkontribusi dalam meningkatkan motivasi serta rasa percaya diri.
Studi lain juga membuktikan bahwa salah satu efek positif utama dari bermain game adalah meningkatkan keterampilan kognitif. Sebagian besar permainan menuntut pemain untuk berpikir cepat, memecahkan masalah dengan tepat, dan mengambil keputusan strategis. Hal ini dapat mengasah kemampuan analitis dan kreativitas, yang sangat penting dalam pengembangan pembelajaran pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, bermain game juga dapat meningkatkan keterampilan sosial. Kebanyakan game saat ini bersifat multiplayer, memungkinkan remaja berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman-teman atau pemain lain dari berbagai latar belakang. Ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi, kerja sama, dan empati, yang semuanya penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Tak kalah pentingnya, bermain game dapat menjadi alat untuk mengurangi stres. Dengan menyelami dunia virtual, remaja dapat melupakan sejenak masalah dalam kehidupan sehari-hari dan merasa lebih rileks. Hal ini dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental, terutama di tengah tekanan akademis dan sosial yang sering dihadapi.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bermain game dapat memberikan sejumlah dampak negatif. Terlebih kepada pengguna yang bermain game secara berlebihan. Bermain game secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan otak dan fisik penguna. Bermain game secara berlebihan dapat mengantarkan pengguna pada rasa kecanduan dalam bermain game. Kecanduan game telah diakui dunia internasional sebagai masalah kritis yang perlu diperhatikan. Kecanduan game dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi otak. “Jika dilihat otaknya menggunakan MRI, ada perubahan di bagian otak pre-frontal cortex”, tutur dr Kristiana Siste, SpKJ mengenai topik pecandu game online, pada Senin (9/7/18). Gangguan pada bagian otak tersebut mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan hingga mengakibatkan hilangnya beberapa kemampuan dan fungsi pada otak, antara lain fungsi atensi yang berfungsi untuk memusatkan perhatian terhadap sesuatu hal, fungsi eksekutif yang bertugas merencanakan dan melakukan tindakan, serta fungsi inhibisi yang mampu membatasi dan mengendalikan tindakan.
Sementara itu, dari sisi kesehatan, bermain game secara berlebihan seringkali menyebabkan gangguan tidur yang cukup parah sehingga dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat membuat penderitanya merasa lelah, leher dan otot menjadi kaku, hingga dapat menyebabkan Karpal Turner Syndrome. Selain itu, kecenderungan sedentary life dan memprioritaskan bermain game dibandingkan aktifitas utama lainnya, seperti menunda-nunda waktu makan membuat para pecandu game online mengalami dehidrasi, kurus atau bahkan obesitas dan berisiko menderita penyakit tidak menular yang mematikan, contohnya penyakit jantung.
Sedangkan dari sudut pandang agama, islam menekankan adanya keseimbangan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam hal hiburan. Meskipun bermain game online tidak melanggar hukum secara mutlak, Islam mengajarkan pentingnya menjaga proporsi yang tepat antara hiburan, ibadah, pekerjaan, dan tanggung jawab lainnya. Alangkah baiknya jika dapat mengganti aktivitas yang terkesan sia-sia tersebut menjadi aktivitas yang lebih bermanfaat. Seperti contohnya, sholawat, belajar, ataupun mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menyebutkan sebuah kaidah emas,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal. 156)
Oleh karena itu, salah satu tanda kebaikan bagi seorang Muslim adalah meninggalkan segala hal yang tidak memberikan manfaat bagi dirinya, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan dalam islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya. (HR. Ahmad dan Tirmidz)
Islam mengajarkan umatnya untuk memanfaatkan waktu dengan bijak, menghindari perbuatan yang sia-sia, dan fokus pada kegiatan yang membawa kebaikan serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412).
Oleh karena itu, meskipun bermain game memang menyenangkan dan dapat menjadi hiburan, hal tersebut sering kali tidak memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan spiritual, intelektual, atau fisik seseorang. Bahkan, jika dilakukan secara berlebihan, aktivitas ini bisa menjadi penghalang dalam menjalankan kewajiban agama, mengganggu produktivitas, dan menjauhkan seseorang dari tujuan-tujuan hidup yang lebih penting.
Namun, disamping bahayanya dampak kecanduan dalam bermain game, ada kegiatan lain yang dampaknya terhadap spiritualitas dan moralitas jauh lebih serius. Salah satunya adalah menonton konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, yakni film bermuatan pornografi. Dalam Islam, menonton film porno bisa dianggap sebagai “zina mata”.
Allah SWT berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ(30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي اْلإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(31)
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’. Katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-puteri mereka, atau putera-puteri suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putera-puteri saudara laki-laki mereka, atau putera-puteri saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung’. (QS. Al-Nur [24] : 30-31)
Tindakan zina merupakan perbuatan maksiat yang tidak bermoral dan dianggap sebagai salah satu bentuk dosa yang besar, dan pornografi merupakan salah satu contoh terbesarnya. Pornografi sendiri merupakan sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitas seksual yang melanggar norma kesusilaan (UU No. 44 Th 2008 tentang pornografi). Sudah menjadi rahasia umum bila pornografi dapat menimbulkan kecanduan, candu pornografi menjadi salah satu isu serius di seluruh dunia, termasuk indonesia.
Agama islam menekankan pentingnya iman kepada Allah, menjalankan ibadah, berperilaku baik terhadap sesama manusia, serta menjauhkan segala larangannya termasuk zina. Selain itu, Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi dalam kehidupan yang dapat disesuaikan dengan syariat Islam. Al-Qur’an dan Hadis memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya umat Islam berperilaku, termasuk dalam hal pandangan dan perilaku seksual. Kecanggihan teknologi semakin memudahkan pengguna internet dalam mengakses content bermuatan seks dan pornografi. Kini banyak remaja yang menikmati hal ini dan menjadi kecanduan. Paparan pornografi pada anak-anak terutama didapat melalui intenet yang diperburuk dengan “lifestyle” dan kurangnya pengawasan, tidak ada komunikasi, tuntutan terlalu tinggi, kekerasan pada anak, tidak tahu potensi anak, serta diskriminasi dari orang tua dan lingkungan dapat memicu remaja untuk dapat terpapar pornografi.
Dijelaskan dalam buku Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah susunan KTB, menonton film porno termasuk perbuatan maksiat. Apabila terus dilakukan, maka mata akan menggelap dan hati pun akan tertutup. Sehingga, orang tersebut sulit untuk menerima nasihat baik, ilmu-ilmu, dan saran dari orang lain. Kebiasaan buruk ini juga dapat memutuskan ratusan sel-sel di otak yang mengakibatkan seseorang mudah pikun dan sulit untuk berpikir.
Dalam sudut pandang sains dan kesehatan pun, berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94% siswa pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%, internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media sosial sebanyak 34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain 4%. Hal ini merupakan angka yang amat besar. Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi juga mengakibatkan kerusakan otak yang cukup serius. Kerusakan otak tersebut hampir sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Kerusakan otak yang diserang oleh pornografi adalah Pre Frontal Korteks (PFC), bagi manusia bagian otak ini merupakan salah satu bagian yang paling penting karena bagian otak ini hanya dimiliki oleh manusia sehingga manusia memiliki etika bila dibandingkan binatang. Bagian otak ini berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir kritis, berfikir dan berencana masa depan, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial.
Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yati dan Aini dua tahun yang lalu, 60% remaja mengalami penurunan konsentrasi dan produktivitas setelah menonton tayangan pornografi atau video asusila. Hal ini sesuai ungkapan Griffiths (2012) bahwa seseorang yang kecanduan pornografi pada situs internet menunjukkan perubahan kognitif seperti kurang konsentrasi, tidak ada keinginan belajar, dan muncul kegelisahan. Penikmat pornografi biasanya merasa kesulitan dalam berkonsentrasi dan belajar. Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan kesulitan berkonsentrasi dalam belajar dan beraktivitas sehingga menurunkan produktivitasnya, sedangkan remaja yang memiliki IQ rendah menjadi tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi dan menjadi gelisah. Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang diterima sebelum waktunya, sehingga menimbulkan kerusakan pada otak ditandai dengan sulit konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak bergairah, kehilangan minat dan hobi hingga mengalami syok serta disorientasi.
Dari sudut pandang sains maupun Al-Qur’an, menekankan perspektif yang penting dalam memahami dampak kebiasaan bermain game dan menonton konten pornografi. Terlebih pada era digital yang semakin berkembang, penting bagi generasi muda untuk menyikapi kedua aktivitas ini dengan bijak. Sains menunjukkan bahwa kebiasaan dalam bermain game dan menonton pornografi dapat memiliki dampak positif dan negatif pada kesehatan mental dan perilaku sosial, sementara Al-Qur’an mengingatkan kita tentang pentingnya pengendalian diri, etika, dan tanggung jawab dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, penting sebagai generasi muda untuk mengedepankan nilai-nilai positif yang diajarkan oleh agama dan ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat memanfaatkan teknologi dan hiburan dengan cara yang mendukung perkembangan diri dan spiritualitas. Alhasil, tidak hanya kemajuan zaman yang dapat dinikmati, tetapi juga kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang dapat dijalani dengan tetap menjaga kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.